Warga Israel Bakar Lahan dan Pohon Zaitun Milik Petani Palestina untuk Bikin Permukiman Baru
Mereka kemudian mengibarkan bendera Israel setelah mengambil alih lahan tersebut.
Seorang petani palestina sedang mengecek tanaman pertaniannya yang dirusak warga Israel | Foto: www.middleeastmonitor.com
PINTOE.CO - Penindasan terhadap rakyat Palestina terus berlanjut. Pada Minggu, 7 Juli 2024, Badan Beritan dan Informasi Palestina WAFA melaporkan bahwa warga Israel membakar lahan-lahan pertanian milik orang Palestina untuk membangun permukiman ilegal. Tindakan tersebut dilakukan di bawah perlindungan militer Israel.
Selain itu, mereka juga terus memulai membangunan jalan di sebelah barat Betlehem di Tepi Barat wilayah Palestina dengan cara membakar lahan di Desa Dusan.
Rami Hamamreh, anggota dewan Desa Husan mengatakan bahwa imigran ilegal Israel itu juga mulai menggali tanah di dekat koloni Sidi Bo'az, tempat terjadinya pembunuhan para petani Palestina sejak tahun 2017.
Masalah permukiman Israel di Tepi Barat dianggap ilegal menurut hukum internasional, dan melanggar Konvensi Jenewa Keempat. Pembakaran ini menyebabkan pemindahan komunitas Palestina, perampasan tanah, dan seringnya timbul konflik.
Kehadiran mereka telah mempersulit upaya perdamaian di kawasan Timur Tengah, dan berkontribusi pada siklus kekerasan yang disebabkan oleh Israel. Dukungan pemerintah Israel terhadap warga permukiman tersebut memperburuk ketegangan dan merusak prospek solusi dua negara.
Di Desa Dhahr Al-Abed, sebelah barat Jenin, warga Israel membakar sebuah rumah pertanian dan kebun pohon zaitun. Kemudian di dekat Ramallah, mereka juga menebang kebun pohon zaitun di lahan pertanian Palestina.
Bulan lalu, sekelompok warga Israel membakar tanaman di lahan dekat Kota Asira al-Qibliya, sebelah selatan Nablus. Mereka kemudian mengibarkan bendera Israel setelah mengambil alih lahan tersebut.
Praktik pembakaran tanaman Palestina telah lama dikritik oleh para pengamat konflik yang telah berlangsung selama puluhan tahun, jauh sebelum serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Pada tahun 2018, surat kabar Israel Haaretz menjuluki praktik tersebut sebagai perang pertanian.
Dikutip dari Berita Satu, perusakan lahan juga terjadi di Gaza, di mana 57% lahan pertanian dilaporkan telah dihancurkan oleh pasukan Israel. Praktik ini membuat warga Palestina tidak memiliki stabilitas ekonomi dan bergantung pada belas kasihan Israel atau bantuan dari kelompok-kelompok bantuan.[]