Kursi Roda dari Istri Pj Gubernur Aceh untuk Nafisya, Dara Lumpuh Layuh di Sigli
Ketika Mellani Subarni mengobrol dengan ayah Nafisya, tiba-tiba Nafisya sesak napas.
Mellani Subarni membelai kepala Nafisya | Foto: Bisma Yadhi Putra/Pintoe.co
PINTOE.CO - Sore kemarin, Pj Ketua PKK Aceh Mellani Subarni menjenguk Nafisya di Gampong Blang Asan, Kecamatan Kota Sigli, Pidie. Waktu Mellani tiba, gadis yang lumpuh sejak lahir itu tengah dipangku ayahnya di ruang tamu.
Nafisya cuma diam. Jempol tangannya ia selipkan di antara telunjuk dan jari tengah. Kepalanya bergerak ke kiri-kanan seperti orang gelisah. Anak ini tidak bisa bicara, berjalan, dan melihat. “Kata dokter karena penyempitan saraf,” ucap Mauliana, ibu Nafisya.
Satu-satunya cara Nafisya mengungkapkan keinginannya adalah dengan menangis. Mauliana menjelaskan, tangisan merupakan pertanda bahwa Nafisya minta makan dan minum.
“Kalau untuk makan memang susah, buk,” kata Mauliana kepada Mellani.
“Apa pun yang dia makan pasti keluar lagi. Makanya nasi harus dicampur air,” tambah bibi Nafisya yang duduk di samping Mauliana.
“Makanya harus buat jus. Makanan diblender. Kacang hijau juga,” Mellani menyarankan.
Nafisya semestinya saat ini sudah duduk di kelas dua sekolah dasar. Namun, keadaan membuatnya tak bisa merayakan hak atas pendidikan formal. Ia hanya keluar rumah ketika dibawa orangtuanya untuk berobat atau bertamasya. Postur tubuh anak ini juga tidak mencirikan bahwa dia sebetulnya seorang dara umur delapan tahun.
Nafisya juga tidak bisa jauh dari orangtuanya. Kadang-kadang, dia kesulitan bernapas. Muliadi dan sang istri sudah tahu harus melakukan apa jika ini terjadi. Ketika Mellani mengobrol dengan Muliadi, Nafisya tiba-tiba sesak. Ibunya lantas menelungkupkan tubuh Nafisya di pangkuan. Sesaat setelah ditelungkupkan, napas Nafisya kembali lepas sehingga dia tenang.
Nafisya saat ditelungkupkan ibunya (Foto: Bisma Yadhi putra/Pintoe.co)
Muliadi sudah memeriksakan Nafisya ke dokter perihal kesulitan bernapas ini. Menurut dokter, ada gejala ginjal Nafisya mulai bermasalah.
“Tapi belum sampai harus cuci darah,” kata Mualiana lemas.
“Belum berat. Baru gejalanya saja,” sahut Muliadi yang sehari-hari bekerja sebagai tukang bangunan.
Nafisya sebetulnya anak kembar. “Dia lahir kembar. Tapi meninggal satu. Yang meninggal adiknya Nafisyah. Posisi terjepit dalam kandungan, pak,” kata bibi Nafisyah kepada Bisma Yadhi Putra dari Pintoe.co, yang turut mendokumentasikan kunjungan Mellani hari Kamis kemarin, 8 Agustus 2024.
Jika dua bayi mereka tak meninggal dunia, Mauliana dan Muliadi semestinya kini punya lima anak. Mauliana menatap dua kematian bayinya secara berturut-turut. Dua bayi yang meninggal adalah kembaran Nafisya dan anak kelima mereka. Kembaran Nafisya terhitung sebagai anak keempat, sedangkan Nafisya anak ketiga. Syukurnya, belum lama ini anak keenam mereka lahir dalam keadaan sehat dan selamat. Si bayi tidur pulas di gendongan neneknya saat Mellani bertamu.
Tujuan kedatangan Mellani adalah untuk menjenguk Nafisya sekaligus menyerahkan bantuan kursi roda untuk anak lumpuh layuh itu. Harapannya, kursi roda tersebut bisa memudahkan Muliadi dan MAuliana saat membawa Nafisya. Dengan kursi roda, Nafisya bisa mudah dibawa jalan-jalan setiap hari, supaya dia bisa menikmati udara luar rumah.
Selain kursi roda, Mellani juga memberikan santunan berupa sejumlah uang serta bahan-bahan makanan. “Ini untuk beli susu ya,” kata Mellani sambil menggenggamkan amplop di tangan Nafisya.
Dalam pertemuan itu, Mauliana juga sempat meminta diberikan rumah bantuan. Keluarga mereka kini menumpang di rumah yang dibangun di atas tanah wakaf desa. Setiap bulan, mereka mesti membayar uang sewa sebanyak Rp50.000.
“Dari tahun 70-an sampai sekarang masih dalam pembayaran sewa,” kata bibi Nafisya.
“Iya, soal rumah itu nanti. Tujuan kami ke sini hari ini untuk melihat keadaan anak ini dulu. Nanti, Insya Allah, ke depan rumah bantuan akan diusahakan,” Mellani menjelaskan.
Mauliana, Muliadi, dan kakek-nenek Nafisya berterima kasih atas kebaikan hati Mellani. Mereka bahagia karena istri Pj Gubernur Aceh itu sudi datang jauh-jauh dari Banda Aceh untuk melihat keadaan Nafisya serta memberikan bantuan kursi roda.
Nafisya bersama ayah (Muliadi) dan ibunya (Mauliana)[]