"Jadi bagaimana. Kita bersepakat dulu. Kalau ragu-ragu pulang saja," kata Bustami sambil tersenyum.

VIDEO: Diplomasi Kekeluargaan di Balik Pengesahan APBA 2024

Ketua DPR Aceh Zulfadhli (kiri) bertemu Bustami Hamzah (kanan) sehari menjelang dilantik sebagai Pj Gubernur Aceh menggantikan Ahmad Marzuki pada Selasa malam (12 Maret 2024) | Foto: PINTOE.CO/YAS

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 21.31 WIB ketika bel kamar 308 Fraser Residence yang ditempati Sekda Aceh Bustami Hamzah dan keluarganya berdentang. Dari balik pintu, muncul Ketua DPR Aceh Zulfadhli bersama dua orang lainnya. Bustami bangkit dari kursi dan menyalami Zulfadhli.

Malam itu, Selasa (12 Maret 2024) Bustami berada di Jakarta menunggu dilantik sebagai Penjabat Gubernur Aceh keesokan harinya. Tamu datang silih berganti. Sebelum Zulfadhli tiba, Bustami baru saja menerima kedatangan Ketua KNPI Aceh, Aulia Rahman. Ada juga Ketua Fraksi PPP Ihsanudin Marzuki dan Asisten I Setda Aceh Azwardi Abdullah yang juga Ketua Tim Anggaran Pemerintah Aceh (TAPA). Sejumlah staf Bustami lainnya juga berada di ruangan itu.

Datang mengenakan kain sarung dan kemeja putih garis biru, Zulfadhli tampak santai. Beberapa kali dia melempar canda yang disambut tawa Bustami. Suasananya benar-benar cair. Padahal, ada persoalan besar yang harus mereka carikan jalan keluarnya. Saat itu, Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) 2024 belum disahkan.

Sebelumnya, Zulfadhli yang dilantik sebagai Ketua DPR Aceh pada Oktober 2023 untuk sisa masa jabatan 2019-2024,  menolak menandatangani APBA yang telah disempurnakan oleh Kemendagri. Penyebabnya, pria yang akrab disapa Abang Samalanga itu merasa dirinya tidak dilibatkan dalam pembahasan evaluasi anggaran sebelum diajukan untuk dievaluasi oleh Kemendagri. Saat itu, Pj Gubernur Aceh masih dijabat oleh Achmad Marzuki.

Akibatnya, gaji pegawai tak bisa dibayarkan, perputaran uang di masyarakat juga mandek. Maklum, Aceh tak punya industri besar sehingga perputaran ekonomi sangat bergantung dari dana pemerintah.

Di tengah kondisi seperti itulah Bustami menerima Zulfadhli malam itu. Turut bergabung dalam satu meja antara lain Ketua TAPA Azwardi, Nurdiansyah Alasta (Ketua Fraksi Demokrat), Khalili dari Fraksi Partai Aceh, dan Ketua Fraksi PPP Ihsanudin Marzuki.  

Bustami membuka percakapan dengan mengingatkan bahwa terpilihnya Zufadhli sebagai ketua dewan adalah takdir Allah. Begitu juga dengan ditunjuknya Bustami sebagai Pj Gubernur Aceh. Karena itu, Bustami ingin keduanya bisa saling mengisi untuk kemashlatan masyarakat Aceh.

"Ketika keputusan sudah diambil, itu gak boleh oleng. Karena semua keputusan itu sudah kita  hitung. Karena menyoe oleng enteuk rho, han jeuet peutimang le (karena kalau miring nanti bisa tumpah dan tidak bisa diperbaiki lagi)," kata Bustami.

"Kalau sudah tumpah, akan mengalir kemana-mana (dampak ikutannya). Membersihkannya nanti tidak gampang," tambah Bustami bertamsil.   

Bustami menekankan bahwa dirinya menyadari dalam hubungan antara eksekutif dan legislatif pasti ada dinamika.

"Di situ kita dididik untuk sabar," tambahnya.

Saat Bustami jeda sejenak, giliran Zulfadhli yang bicara, menumpahkan uneg-unegnya.

"Kalau bagi saya, yang penting adalah komunikasi yang baik antara kedua lembaga (eksekutif dan legislatif). Itu saja kuncinya," kata Zulfadhli.  

Merespon itu, Bustami mengatakan dirinya tak mungkin berkomunikasi dengan semua pihak, melainkan dengan pimpinan lembaga.

Bustami mengingatkan, untuk terbangunnya komunikasi yang baik perlu diciptakan suasana yang adem, tidak grasak-grusuk.

"Ketika lembaga ini lebih adem, sudah pasti kita bisa cari jalan keluar. Tetapi meunyoe syeh-syoh (kalau grasak-grusuk), kita gak bisa dapat keputusan yang adem," ujarnya.

Karena itu, Bustami mengingatkan, Zulfadhli punya peran besar dalam menentukan arah masa depan Aceh. Sebab, DPR Aceh adalah pihak yang merancang anggaran, sementara eksekutif sebagai pelaksananya. Karena itu, dibutuhkan sinergi bersama agar pembangunan tidak terhambat.
 
"Saya ingin bahwa orang Aceh itu juga berdiplomasi untuk kesejahteraan, bukan untuk perlawanan. Yuk kita sama-sama membangun. Hanya dengan kebersamaan kita bisa maju. Yuk, kita bangun kolaborasi," tambah Bustami.

Bustami juga mengingatkan, di luar posisi mitra dalam hubungan kerja eksekkutif dan legislatif, mereka terikat hubungan kekeluargaan sebagai sesama orang Aceh untuk saling mengisi.

"Karena itu, kita berharap, apa yang sedang mentok, bisa kita carikan solusinya untuk tujuan yang lebih baik. Bukan kepentingan pribadi, Kalau kepentingan pribadi, udahlah, kita udah cukup. Tapi ini untuk kepentingan masyarakat, kepentingan Aceh. Ini yang perlu kita perhitungkan," tambah Bustami.  

Menjelang akhirnya pembicaraan, Bustami meminta penegasan dari Zulfadhli tentang nasib APBA 2024.

"Jadi bagaimana. Kita  bersepakat dulu. Kalau ragu-ragu pulang saja," kata Bustami sambil tersenyum.

Pertanyaan itu direspon Zulfadhli dengan mengatakan dirinya bersedia menandatangani dokumen persetujuan pengesahan APBA 2024. Namun, pria kelahiran 1972 itu juga meminta agar komunikasi antara eksekutif dan legislatif dapat lebih ditingkatkan.

"Tentang hubungan keluarga, saya sangat bisa. Saya punya abang dan punya adik. Jadi saya bisa memposisikan diri bagaimana berhubungan dengan abang dan adik," tambah Wakil Sekjen I Partai Aceh itu.

Di tengah pembicaraan, Zulfadhli sempat mencopot cincin di jemarinya dan disematkan ke jemari Bustami sebagai simbol kekeluargaan.

Setelah kata sepakat tercapai, keduanya lebih banyak saling melempar canda diiringi gelak tawa. Bagi Bustami, penegasan dari Zulfadhli berarti selesainya satu persoalan krusial yang menjadi prioritas untuk dituntaskan.

Waktu terus bergerak. Malam itu, jarum jam sudah menunjukkan pukul 00.30 ketika Zulfadhli berpamitan kembali ke penginapannya.

Keesokan harinya, Mendagri Tito Karnavian melantik Bustami sebagai Pj Gubernur Aceh yang baru menggantikan Achmad Marzuki. Zufadhli turut hadir di sana bersama tamu undangan lainnya, termasuk Muzakir Manaf (Mualem) yang hadir dalam kapasitas sebagai Wakil Wali Nanggroe Aceh atau Waliyul Ahdi.  

Dua hari sesudahnya, pada Jumat kemarin (16 Maret 2024), dalam jabatan sebagai Pj Gubernur Aceh, Bustami menyaksikan Zulfadhli menepati janjinya: membubuhkan tanda tangan sebagai tanda persetujuan dan pengesahan APBA 2024.[]

Berikut adalah video pertemuan Bustami Hamzah dan Zulfadhli yang direkam secara eksklusif oleh PINTOE.CO

apba2024 bustamihamzah zulfadhli pemerintahaceh