AS Cabut Hadiah Rp162 M untuk Penangkapan Al-Julani Pemimpin Baru Suriah
Ahmed Al-Sharaa menjadi pemimpin baru Suriah pada 8 Desember 2024 setelah organisasinya, Hayat Tahrir al-Sham (HTS), berhasil menggulingkan Presiden Bashar al-Assad melalui operasi militer.

Pemimpin baru Suriah, Ahmed al-Sharaa atau Abu Mohammad Al Julani I Foto: AFP/Omar Haj
PINTOE.CO - Amerika Serikat (AS) membatalkan pemberian hadiah senilai US$10 juta atau sekitar Rp162 miliar untuk siapa pun yang berhasil menangkap pemimpin baru Suriah, Ahmed al-Sharaa atau Abu Mohammad al-Julani.
Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Timur Tengah, Barbara Leaf, mengatakan pembatalan itu dilakukan usai dirinya bertemu dengan Ahmed Al-Sharaa.
Leaf menyebutkan bahwa pertemuannya dengan Ahmed Al-Sharaa menghasilkan pesan positif terkait komitmen untuk memerangi terorisme dan membangun masa depan inklusif bagi Suriah.
“Kami menyambut pesan positif ini, namun yang kami cari adalah tindakan nyata, bukan hanya kata-kata,” ujarnya kepada wartawan.
Pertemuan tersebut merupakan kunjungan pertama diplomat AS ke Suriah sejak Presiden Bashar al-Assad digulingkan pada awal bulan ini oleh kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS).
Ahmed Al-Sharaa menjadi pemimpin baru Suriah pada 8 Desember 2024 setelah organisasinya, HTS, berhasil menggulingkan Presiden Bashar al-Assad melalui operasi militer.
Ahmed al-Sharaa lebih dikenal sebagai Al Julani, telah ditetapkan sebagai teroris oleh Amerika Serikat sejak 2013, sementara organisasinya dilarang oleh pemerintahan Trump pada tahun 2018 ketika hadiah sebesar $ 10 juta diberikan kepada Al Julani.
Namun, Leaf mengatakan bahwa Al-Sharaa telah memberikan pesan positif, termasuk janji untuk memastikan bahwa 'kelompok teroris' tak akan menimbulkan ancaman.
"Berdasarkan diskusi kami, saya katakan kepadanya bahwa kami tidak akan meneruskan tawaran hadiah Rewards for Justice yang telah berlaku selama beberapa tahun," ujar Leaf, melansir Al Jazeera.
Leaf juga mengaku telah mengkomunikasikan soal pentingnya inklusi dan konsultasi yang luar selama masa transisi ini.
"Kami sepenuhnya mendukung proses politik yang dipimpin dan dimiliki oleh warga Suriah yang menghasilkan pemerintahan yang inklusif dan representatif, yang menghormati hak-hak semua warga Suriah, termasuk perempuan, dan berbagai komunitas etnis dan agama di Suriah," ujar Leaf.
Kunjungan Leaf ke Suriah terjadi saat negara-negara Barat tengah mempertimbangkan untuk mencabut titel teroris pada HTS.[]
Editor: Lia Dali