Warga Aceh Diminta Waspadai Tawaran Kerja ke Malaysia
Ada berbagai negara yang sudah menjadi zona merah bagi pekerja migran dan perlu diwaspadai, yaitu Kamboja, Myanmar, Vietnam dan Laos.
BP3MI Aceh mengatakan sejauh ini Malaysia masih menutup visa untuk pekerja asing di kawasan Semenanjung Malaysia I Foto: THINKSTOCK
PINTOE.CO - Kepala Badan Pelayanan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Aceh, Siti Rolijah, mengatakan Malaysia telah menutup visa untuk pekerja asing sehingga masyarakat Aceh diingatkan untuk berhati-hati bila menerima tawaran pekerjaan ke Semenanjung Malaysia.
"Warning kepada masyarakat Aceh yang mana tahu dapat bujuk rayu oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk dipekerjakan ke Malaysia, karena dari awal 2024 sampai sekarang mereka masih menutup visa kerja untuk pekerja asing," kata Siti Rolijah di Banda Aceh, seperti diberitakan Antara pada Jumat, 29 November 2024.
Penutupan visa itu dikatakan hanya berlaku di kawasan Semenanjung Malaysia (wilayah barat), sementara visa untuk area Sabah dan Sarawak masih terbuka.
"Meskipun ada tawaran yang menyebutkan pembuatan visa, saat ini visa kerja untuk Malaysia (di Semenanjung) belum tersedia, sehingga masyarakat harus berhati-hati dan memastikan bahwa informasi yang diterima valid," ujarnya.
Siti juga mengingatkan ada berbagai negara lain yang sudah menjadi zona merah bagi pekerja migran dan perlu diwaspadai, yaitu Kamboja, Myanmar, Vietnam dan Laos. Dia menyebut negara-negara ini mulai mengincar warga Indonesia, termasuk dari Aceh untuk dijadikan tenaga kerja.
Bagi warga yang mendapat tawaran pekerjaan di luar negeri diimbau menghubungi pemerintah.
"Kalaupun memang masyarakat Aceh mendapatkan tawaran pekerjaan di luar negeri, silakan hubungi pemerintah di Indonesia, khususnya di BP2MI. Kalau untuk Aceh bisa di BP3MI Aceh," ujarnya.
Pekerja migran asal Aceh saat ini mencapai 181 orang menurut data tahun ini hingga 29 November. Sebagian besar bekerja di perkilangan dan restoran Malaysia dan kebanyakan berangkat dengan skema mandiri.[]
Editor: Lia Dali