Mengenang Abu Razak, Keluarga Syamaun Gaharu di Tubuh GAM
Abu Razak dikenal sebagai organisatoris yang menggerakkan roda Partai Aceh.

Sekjen Partai Aceh Abu Razak meninggal dunia di Mekkah | Foto: Humas KONI Aceh
PINTOE.CO - Kabar duka itu datang dari tanah suci Mekkah. Kamaruddin Abubakar yang akrab disapa Abu Razak meninggal dunia pada Rabu pagi, 19 Maret 2025, sekitar pukul 06.00 waktu setempat. Sekretaris Jenderal Partai Aceh yang juga Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Aceh itu berada di sana sejak 3 Maret lalu untuk ibadah umrah. Rencananya, Abu Razak akan kembali ke Aceh pada 3 April mendatang. Namun, sebelum rencana itu terwujud, ternyata Abu Razak mengembuskan nafas terakhir di tanah suci.
Semasa hidupnya, Abu Razak dikenal sebagai mantan kombatan GAM. Jabatan terakhirnya adalah Wakil Panglima GAM seluruh Aceh, mendampingi Muzakir Manaf sebagai Panglimanya. Setelah GAM berdamai dengan Pemerintah Indonesia pada 15 Agustus 2005, duet Muzakir dan Aburazak dan berlanjut memimpin Partai Aceh dan KONI Aceh.
Lahir di Teupin Raya pada 1 Mei 1967, Abu Razak adalah keluarga besar Syamaun Gaharu, mantan Panglima Kodam Iskandar Muda pertama periode 1956 – 1960. Dari salah satu adik perempuan Syamaun Gaharu, lahirlah kakek Aburazak. Jadi Aburazak ini generasi ketiga dari keluarga besar Syamaun Gaharu.
Aburazak adalah anak keempat dari delapan bersaudara. Ia menghabiskan masa kecilnya di kampung. Begitu juga dengan sekolahnya, mulai dari MIN hingga SMA. Pulang sekolah, dia membantu ayahnya, Abubakar, yang membuka toko kelontong.
Setelah menamatkan SMA pada 1986, Abu Razak merantau ke Banda Aceh dan sempat kuliah di Akademi Akuntansi namun tak selesai. Pada semester tiga, dia mengurus paspor untuk keluar dari Aceh.
Rupanya dia sudah menjalin kontak dengan GAM. Ia keluar negeri untuk bergabung dengan GAM dan ditampung oleh Malik Mahmud yang kini adalah Wali Nanggroe.
Pada 1988, Abu Razak berangkat ke Libya untuk mengikuti latihan militer di kamp Tajura, Tripoli. Enam bulan latihan, Aburazak terpilih menjadi pengawal Presiden Libya Muammar Khadafi dan bertugas di Benghazi selama 15 hari.
Usai menjaga Khadafi, dia ditugaskan menjaga senjata dan alat-alat tempur, hingga kemudian pada 1989 dia kembali ke Malaysia. Berselang setahun, Aburazak sudah kembali berada di Aceh. Sebagai prajurit, dia menemui tokoh-tokoh senior GAM yang sudah bergabung sejak 1976 seperti Pawang Rasyid, Pawang Uma, Tengku Usuf, Teungku Yusuf Husen, Teungku Yahya dan lain-lain.
Pada 1995, Abu Razak menyunting Mariyana Muhammad yang memberinya empat buah hati. Namun, tsunami 2004 merenggut nyawa keluarganya. Pada 2006, Abu Razak menikah untuk kedua kalinya dengan meminang Rita Satria binti Syarboyni, Mereka dikaruniai dua buah hati yakni Naiza Nafira dan M. Muntadar.
Dalam perjalanan waktu, Aburazak kemudian menjadi Panglima GAM Pidie menggantikan Pawang Rasyid yang wafat pada 1998. Dua tahun kemudian, Panglima Abdullah Syafii mengangkatnya menjadi komandan operasi untuk seluruh Aceh.
“Bersama Tengku Lah (Abdullah Syafi’i, dan Mualem (Muzakir Manaf yang waktu itu masih Wakil Panglima), kami memimpin gerilya berdasarkan arahan Wali,” katanya suatu ketika.
Abu Razak saat masih sebagai pimpinan tentara GAM | Foto: Ist
Sepeninggalan Abdullah Syafi’i, Muzakir Manaf diangkat menjadi Panglima GAM, dan Aburazak menjadi Wakil Panglima GAM.
Setelah perdamaian terwujud pada 2005, Aburazak bersama elit GAM merancang perubahan GAM menjadi partai politik dan satu organisasi untuk menampung mantan kombatan. Mulanya mereka membuat nama Partai GAM dengan bendera berlambang bintang bulan. Namun tak kunjung disetujui. Setelah berdikusi dengan Jusuf Kalla yang saat itu menjabat Wakil Presiden, disepakatilah nama Partai Aceh.
Maka lahirlah Partai Aceh pada 2008. Di partai besutan mantan GAM itu, Abu Razak adalah organisatoris yang menggerakkan roda partai. Sentuhan tangan dingin pria kalem itu membawa Partai Aceh menguasai parlemen di DPRA sampai 33 kursi atau 48 persen dari total kursi pada 2009, pemilu pertama yang diikuti Partai Aceh.
Setelahnya, meski perolehan suara sempat naik turun, namun Partai Aceh tetap menguasai mayoritas kursi parlemen hingga kini.
Pada Pilkada 2024 lalu, Abu Razak sempat mendaftarkan diri sebagai calon wakil gubernur untuk mendampingi Muzakir Manaf. Namun, ia tak lolos dalam mekanisme internal Partai Aceh. Yang terpilih mendampingi Muzakir adalah Fadhlullah, mantan Panglima Operasi GAM Pidie yang juga Ketua Gerindra Aceh.
Abu Razak kemudian didaulat sebagai Ketua Tim Pemenangan Mualem-Dek Fadh. Hasilnya, meskipun diwarnai isu kecurangan, pasangan Mualem-Dek Fadh dinyatakan memenangkan Pilkada Aceh dan dilantik oleh Mendagri pada 12 Februari lalu.
Sebulan berlalu sejak pelantikan Mualem – Dek Fadh, Abu Razak meninggal dunia.
Selamat jalan, sang pengerak.[]