Ibu-Ibu di Sigli Goreng Telur Pakai Daun Pisang
Di atas lembaran daun pisang yang sudah layu karena panas dituangkan isi telur.
Ilustrasi
Ketika krisis moneter melanda Indonesia tahun 1997, orang-orang kaya yang panik segera membeli bahan makanan sebanyak-banyaknya, termasuk minyak goreng. Alhasil, minyak goreng pun menjadi langka di pasaran.
Kalaupun masih ada stoknya di pasaran, minyak goreng sudah dijual dengan harga amat tinggi. Sebelum krismon, harga minyak goreng cuma Rp1.700 per kilogram. Lalu melonjak jadi Rp6.000 sampai Rp7.000.
Kelangkaan diperparah pula oleh menurunnya jumlah produksi minyak goreng nasional. Sebelum krismon, produksi mencapai 2.691.702 ton. Tetapi pada akhir 1998, tercatat turun menjadi 2.402.498 ton.
Di Aceh, situasi itu membuat telur goreng mulai jarang tersaji di meja makan keluarga-keluarga kurang mampu. Para ibu rumah tangga terpaksa terus-terusan menyajikan telur rebus. Namun di Kecamatan Sigli, ketiadaan minyak goreng tidak terlalu menyusahkan para ibu rumah tangga. Berbekal pengetahuan lama tentang cara mengolah telur, ibu-ibu di kecamatan ini bisa “menggoreng” telur mata sapi dengan daun pisang.
Caranya, pertama-tama kuali dipanaskan dengan api yang tak terlalu besar. Kemudian sehelai daun pisang yang agak lebar diletakkan di tengah kuali. Lalu di atas lembaran daun pisang yang sudah layu karena panas dituangkan isi telur.
Langkah selanjutnya adalah membalikkan telur saat bagian bawahnya sudah matang. Terakhir, telur ceplok siap dihidangkan setelah kedua sisinya masak. Satu lembar potongan daun pisang hanya bisa untuk membuat satu telur.
“Ini pengalaman istri saya kalau sewaktu-waktu di rumah kami kehabisan minyak goreng. Istri saya tetap bisa membuat telur mata sapi atau dadar dengan menggunakan daun pisang saja. Murah biayanya,” kata Yusaimi, warga miskin di Desa Kramat, sebagaimana diberitakan Kompas dalam “Bikin Telur Mata Sapi tanpa Minyak” (6 Februari 1998).
Ati, istri Yusaimi, sudah lama tahu cara mengolah telur dengan daun pisang. Pengetahuan lama itu diwariskan oleh orang-orang tua di kampungnya kepada para ibu rumah tangga.