Suhu Aceh Tembus 36 Derajat Celcius, Picu Penyakit Syaraf Langka
Penyakit autoimun ini menyerang sambungan antara saraf dan otot sehingga menimbulkan kelemahan otot yang tidak normal.

Ilustrasi panas terik I Foto: Istimewa
PINTOE.CO - Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Nona Suci Rahayu, mengatakan suhu tinggi di Aceh yang mencapai 35-36 derajat Celcius berisiko memicu penyakit saraf langka, Miastenia Gravis.
Penyakit autoimun ini menyerang sambungan antara saraf dan otot sehingga menimbulkan kelemahan otot yang tidak normal. Namun sayangnya, banyak orang tidak mengenali gejala penyakit tersebut.
“Gejalanya bisa muncul sebagai kesulitan berbicara, menelan, kelopak mata turun atau kelemahan otot tubuh bagian atas. Sayangnya, gejala ini sering dianggap hanya efek kurang tidur, stres atau kelelahan karena cuaca panas,” kata Nona dilansir Kompas.com pada Senin, 2 Juni 2025.
Nona menjelaskan peningkatan suhu tubuh akibat cuaca ekstrem bisa memperparah gejala tersebut. Banyak pasien mengabaikan tanda awal, seperti kelopak mata turun atau bicara menjadi cadel, padahal hal itu bisa menjadi sinyal gangguan saraf-otot.
“Dengan diagnosis yang tepat, penderita bisa mengonsumsi obat, seperti Mestinon, yang dapat membantu memperbaiki transmisi saraf dan meningkatkan kekuatan otot,” ujarnya.
Nona menegaskan jika tidak ditangani maka penyakit ini bisa berkembang menjadi kondisi gawat darurat bernama myasthenic crisis, yaitu kegagalan pernapasan.
“Jika Anda atau keluarga mengalami gejala tersebut, segera konsultasikan dengan dokter saraf. Jangan tunggu sampai gejalanya memburuk,” tegasnya.
Sebelumnya, Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Iskandar Muda Banda Aceh, Nasrol Aidi, menyatakan suhu di Aceh masih berada di angka tinggi, yaitu 36 derajat Celcius. Kondisi ini diprakirakan berlangsung hingga 6 Juni 2025.
Suhu tinggi ini, kata Nasrol, berdampak langsung pada ketidakstabilan atmosfer, khususnya pada sore hari. Suhu tinggi menyebabkan tekanan udara rendah maka ketika tekanan rendah terbentuk, massa udara dari tekanan tinggi akan bergerak cepat ke daerah yang bertekanan rendah.
“Aliran udara itu merupakan angin yang biasa dirasakan. Inilah yang berpotensi memicu angin kencang bahkan puting beliung,” kata Nasrol dikutip dari Waspada, Minggu, 1 juni 2025.
Lebih lanjut, kata Nasrol, suhu panas di atmosfer terbuka seperti Aceh akan menciptakan tekanan udara rendah, berbeda dengan sistem tertutup. Perbedaan tekanan yang semula hanya sekitar 3 mb dapat meningkat menjadi 7 hingga 10 mb saat cuaca panas ekstrem.
Kemudian citra radar dan satelit juga menunjukkan rendahnya pertumbuhan awan konvektif pada pagi hingga siang hari yang menyebabkan sinar matahari langsung menyentuh permukaan bumi tanpa banyak hambatan.
"Pantauan citra radar dan satelit menunjukkan tidak ada pertumbuhan awan konvektif pada pagi hingga siang hari sehingga tingkat perawanan yang cukup rendah pada siang hari menyebabkan sinar matahari akan terasa lebih terik," kata Nasrol.
Untuk itu, pihaknya mengimbau masyarakat untuk memakai pelindung tubuh, seperti jaket, kacamata hitam antiUV, topi, dan yang paling penting adalah menkonsumsi air yang cukup agar terhindar dari dehidrasi.[]
Editor: Lia Dali